Rabu, 14 Mei 2008

tulisan tentang FKIP

PEDAGANG KAKI LIMA DI FKIP



Fakultas keguruan ilmu pendidikan Universitas lambung mangkurat adalah termasuk fakultas favorit bagi seluruh masyarakat kampus dari berbagai fakultas dalam kunjungan makan siang atau sekedar membeli jajanan. Kenapa? Karena FKIP UNLAM menyediakan berbagai macam menu makanan dan minuman serta jajanan yang enak dan murah tentunya .semua itu dapat kita lihat di halaman kampus FKIP yang mana para PKL (pedagang kaki lima ) berjejer dengan aneka macam dagangannya. Adapun jenis makanan yang di jual di FKIP adalah sebagai berikut:
- Bakso dan mie ayam
- Gado-gado
- Sate ayam
- Lalapan ayam dan rawon
- Bubur ayam
- Aneka minuman jus, es campur, dan es kelapa
- Dan voucher pulsa

Maka dari itu saat kita melihat FKIP dari luar maka kita akan melihat pemandangan mini pasar kaki lima di lingkungan kampus. Keberadaan PKL memang disukai oleh para mahasiswa bahkan para dosen karena mempermudah dalam membeli makan siang yang enak dan murah. Padahal pihak kampus sendiri sudah membangun beberapa buah kantin dalam wilayah kampus. Namun, karena warga kampus yang sangat banyak maka kantin yang sudah disediakan melibihi kapasitas pengunjung. Oleh karena itu PKL menjadi serbuan warga kampus yang ingin makan.tidak hanya warga kampus yang senang tapi para PKL pun tidak kalah senangnya karena setiap hari mendapat keuntungan besar dari hasil berdagang di lingkungan kampus. FKIP menjadi lahan basah dalam berdagang. Tapi apakah keberadaan mereka layak di dalam lingkungan kampus FKIP? Apakah tidak menggangu pemandangan lingkungan akademik? Masalah etis tidak etis memang persepsi masing-masing individu, akan tetapi kita harus tetap mengutamakan kenyamanan bagi masyarakat umum dan mengutamakan kebersihan lingkungan dan penataan ruangnya. Apakah FKIP sudah indah dengan di hiasi gerobak-gerobak PKL, apabila kita mau sedikit membuka mata sebnarnya keberadaan PKL telah merusak lingkungan kampus. Lihat saja keadaan selokan halaman kampus penuh dengan sampah - sampah sisa makanan. Para PKL memang mengelak jika dikatakan membuang sampah di selokan mereka selalu bilang mengumpulkan sampah-sampahnya apa benar? Tapi bagaimana dengan para pembeli makanan. Jangan-jangan mereka adalah pelaku utama dalam pengerusakan lingkungan kampus. Setiap masalah memang ada sebab dan akibat namun kita hendaknya bersikap bijaksana. Yang menjadi keanehan adalah PKL seringkali keberadaanya menjadi buruan para Satpol PP Pemerintah kota karena di anggap merusak pemandangan dan tatanan kota. Tapi di lingkungan Akademik PKL menjadi pedagang unggulan dan tidak pernah dipersalahkan keberadaannya. PKL pun kelihatannya tenang dan aman-aman saja dalam menjalani hari-harinya. Sepertinya ada kong kali kong dengan beberapa pihak sehingga mendapat ijin berdagang di lingkungan kampus.tapi dengan cara apa sehingga mereka mendapat ijin, apa ada imbalan untuk pihak-pihak terkait. Pernah saat kepada saya saya beli jajanan pada seorang PKL tanpa saya bertanya si pedagang mengeluh karena telah di pungut biaya per bulan oleh beberapa pihak yang tidak bisa saya sebut namanya yang mana pungutan itu menjadi surat ijin berdagang di lingkungan kampus.Hendaknya ini menjadi kesadaran kita bahwa kampus sebagai tempat melatih dan mendidik pola pikir dan perilaku secara intelektual agar tidak mengerbonkan lingkungan hanya demi beberapa lembar rupiah. Masalah PKL ini hendaknya bisa diatasi secara bijaksana. Akan tetapi bagaimana bisa diatasi bahkan dianggap jadi masalah saja tidak. Kebersihan, kerapian,dan keindahan kampus bukan lagi menjadi prioritas utama. Budaya kotor dan tidak peduli lingkungan sepertinya sudah mendarah daging pada setiap orang sehingga dengan cara apapun demi mendapat keuntungan akan ditempuh. Sehingga kampus yang berfungsi sebagai wadah akademik ternyata bisa juga menjadi lahan bisnis yang menguntungkan. Luar biasa………………..

Tidak ada komentar: